Islam adalah agama yang memberikan aturan-aturan yang komprehensif dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal keuangan. Salah satu topik yang sering dibahas dalam konteks ini adalah "adab berhutang dalam Islam".
Baca: 5 Hukum islam dan sumber hukum islam
Hutang telah menjadi sebuah praktik yang umum dalam kehidupan modern, terutama dalam konteks keuangan pribadi dan bisnis. Namun, dalam Islam, hutang bukanlah sekadar perkara sepele, tetapi membutuhkan adab dan tanggung jawab yang jelas, karena hutang merupakan sebuah perkara yang di bawa sampai mati nantinya.
Adab Berhutang Dalam Pandangan Islam
Belakangan ini seringkali muncul konten yang berkaitan dengan hutang, entah itu penghutang yang justru memeki dan mengancam penagih ataupun pengutang yang memakai uang untuk beli iphone terbaru, sehiongga hutang menjadi bahsan yang sangat menarik untuk saat ini. Berikut ini beberapa adab dalam berhutang yang perlu dipahami.
1. Catat Hutang Piutang Yang Dimiliki
Dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan seluruh umat Islam untuk mencatat hutang piutang yang dimiliki. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 282, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang piutang untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu mencatatnya." Ayat ini menunjukkan pentingnya membuktikan hutang secara tertulis dan menyatakan komitmen dalam melunasi hutang tersebut.
Baca: Keajaiban Al Quran sebagai sumber ilmu pengatahuan yang sudah terbukti secara ilmiah
Pentingnya mencatat hutang piutang yang dimiliki tentunya adalah agar terhindar dari kelalaian membayar hutang ketika sudah meninggal, sehingga catatan hutang bisa di baca oleh ahli waris dan kemudian bisa segera dilunasi, karena urusan hutang akan sangat memberatkan orang yang snagat meninggal.
2. Jangan Pernah Berniat Tidak Melunasi Hutang
"Siapa saja yang berhutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI." (HR. Ibnu Majah: 2410).
3. Miliki Rasa Takut Jika Tidak Bayar Hutang
"Semua dosa orang yang mati syahid di ampuni KECUALI hutang." (HR. Muslim : 1886). dari hadits tersebut tentunya kita bisa memahami besarnya resiko hutang ini.
4. Jangan Merasa Tenang Jika Masih Memiliki Hutang
"barang siapa mati dan masih berhutang satu dinar atau dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan diambil dari amal kebaikannya, karena di akhirat kelak tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah : 2414).
5. Jangan Menunda Membayar Hutang
"menunda-nunda (bayar hutang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kedzaliman." (HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi : 2287, 1564, 4688, 3345, 1308).
Seorang muslim harus memiliki kesadaran dalam mengelola keuangan dan hutangnya. Langkah-langkah pengelolaan yang bijak seperti membuat perencanaan anggaran, berinvestasi dengan cermat, dan menjaga pengeluaran agar tidak melebihi kemampuan finansial sangat dianjurkan. Dengan begitu, seorang muslim tidak hanya tertiban dalam melunasi hutang, tetapi juga dapat mencapai keberkahan dalam hidupnya.
6. Jangan Menunggu Ditagih Dulu Baru Bayar
"Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran hutang." (HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi : 2392, 1600, 4617, 3346, 1318).
Seorang muslim harus menghargai usaha dan keberanian pemberi hutang dalam memberikan pinjaman kepada mereka. Menghormati pemberi hutang termasuk melunasi hutang tepat waktu atau bahkan sebelum jatuh tempo jika memungkinkan. Selain itu, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada pemberi hutang merupakan bagian dari etika berhutang dalam Islam.
7. Jangan Mempersulit Dan Banyak Alasan Dalam Pembayaran Hutang
"Allah Azza Wa Jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mempermudah ketika membeli, menjual dan melunasi hutang." (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah : 2202, 4696).
8. Jangan Meremehkan Hutang Meskipun Sedikit
'Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada hutangnya di bayarkan." (HR. At-tirmidzi dan Ibnu Majah: 1078, 2506).
9. Jangan Pernah Berbohong Pada Pemberi Hutang
"Aku berlindung kepada Allah dari pemicu dosa dan himpitan hutang. lalu ada seseorang yang berbicara kepada Rasulullah, "Betapa seringnya Anda memohon perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah?." Beliau menanggapi, "Sungguh seseorang itu bila terhimpit hutang, ia rawan berbicara bohing, berjanji lalu ingkar." (HR. Bukhari dan muslim).
Baca: Pengertian Munafik, Ciri Munafik Dan Bahaya Sifat Munafik
Salah satu aspek penting dalam adab berhutang adalah kejujuran. Seorang muslim harus jujur dalam menyampaikan jumlah hutang yang dimiliki kepada para pemberi hutang. Tidak boleh ada penipuan atau pengabaian dalam hal ini. Kejujuran ini akan membantu menciptakan kepercayaan antara pemberi hutang dan penerima hutang, dan pada akhirnya merawat hubungan sosial antar sesama muslim.
10.Jangan Pernah Berjanji Jika Tidak Mampu Memenuhinya
"...Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti dimintai pertanggung jawaban.." (QS. Al-Israa' : 34)
Dalam Islam, adab berhutang menjadi sebuah gambaran dari tanggung jawab dan etika keuangan yang tinggi. Mengindahkan prinsip-prinsip ini akan membantu kita menghindari hutang yang memberatkan dan merugikan diri sendiri serta hubungan dengan sesama muslim. Berhutang bukanlah dosa, tetapi bagaimana cara kita memperlakukan hutang tersebut menentukan apakah kita berada dalam batas syariah atau tidak.
Berhutang dalam Islam melibatkan kejujuran, tanggung jawab, keberkahan, kerendahan hati, dan penghormatan. Dengan mematuhi etika ini, seorang muslim dapat menjaga keseimbangan keuangan, memelihara hubungan sosial yang harmonis, dan mendapatkan berkah dari Allah dalam hidupnya. Semoga kita dapat mengamalkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Wallahu a'lam bish-shawab.
Posting Komentar