Q.S AL IMRON AYAT
18
Guna Memenuhi tugas UAS semester 7
Makul :Bakhsul Kutub
Dosen pengampu : Moh.In’ami,M.Ag
Disusun Oleh :
MUHAMMAD NUR AFIF NIM : 1410120044
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
A.Pendahuluan
Al-qur’an adalah
mu’jizat terbesar nabi muhammad yang di turunkan oleh allah swt melalui
malaikat jibril secara berangsur angsur selama 22 tahun lamanya dan merupakan
kitab suci umat islam di seluruh dunia yang menjadikan pedoman hidup di dunia
ini karna di dalamnya berisikan tentang hukum-hukum,perintah serta
larangan-larangan yang di firmankan oleh allah swt.sehingga sudah begitu jelas
sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya yang di turunkan kepada
rosul-rosul sebelum nabi muhammad saw.
seiring berjalannya waktu dan
perkembangan zaman sampai saat ini dan seterusnya al-quran tetap sebagai dasar
dalam menentukan hukum suatu perkara
bagi orang islam,meskipun dalam kenyataannya
banyak ulama’ yang berbeda pendapat mengenai memutuskan suatu perkara
tertentu karna mereka memiliki interpretasi yang berbeda dan seringkali dalam
ayat-ayat alquran memiliki banyak tafsir.maka dari itu banyak ulama-ulama atau
orang yang berilmu menafsirkan setiap ayat alquran sesuai versi mereka namun
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan sumber yang jelas.
Tafsir merupakan salah satu cara
untuk mengetahui maksud yang terkandung di setiap ayat Al-quran sehingga
seseorang bisa mengetahui secara pasti apa yang terkandung di dalam ayat tersebut.Oleh
karna,itu penulis akan membahas salah satu ayat di dalam alqur’an yaitu Q.S
Ali Imron Ayat 18 dari beberapa sumber untuk mengetahui isi dan maksud
maksud dari ayat tersebut.
B. Tafsir Q.S Ali Imron Ayat 18
1. ayat dan
terjemah
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Atinya :
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Tafsir
Kata Syahida yang di atasnya di terjemahkan dengan
menyaksikan ,mengandung banyak arti,antara melihat,mengetahu,menghadiri
danmenyaksikan,baik dengan mata kepala maupun dengan mata hati.Seorang saksi
adalah yang menyampaikan kesaksian di pengadilan atasdasar pengetahuan yang di
perolehnya,kesaksian mata atau hati.Dari sini kita menyaksikan di atas di
pahami dalam arti menjelaskan dan menerangkan kepada seluruh makhluk.
Allah menyaksikan bahwa tiada tuhan melainkan dia.Kesaksian
Allah terlaksana bukan saja melalui pernyataan-pernyatannya dalam
Al-Quran,seperti misalnya firmannya dalam ayat kursi dan surat Al Ikhlas atau
penyampaiannya dalam kitab-kitab suci yang lain,tetapi juga pada tanda-tanda ke
Esaan dan kebesarannya yang dia bentangkan di alam raya.Bukankah Allah yang
membentangkan tanda-tanda itu?
Kesaksian itu merupakan kesaksian dirinya terhadap
dirinya.Kesaksian yang sangat kukuh untuk meyakinkan semua pihak tentang
kewajarannya untuk di sembah dan di andalkan.Betapa tidak,kalau bila tidak
benarmaka tidak di butuhkan lagi kesaksian yang lain dan bila tidak benar maka
manakah tuhan yang lain yang mengaku ngaku bahwa dia penguasa dan tuhan seru
sekalian alam?kita tidak mendengar pengakuan itu.Kalau ada yang selainnya dan
ia wujud,tetapi tidak menyampaikan kesaksiannya,maka itu pertanda bahwa ia
takut atau tidak mengetahui atau tidak mampu menghadapi Allah yang menyampaikan
kesaksian itu,dan jika tidak demikian ia bukan tuhan yang kuasa.[1]
Setelah menjelaskan kesaksian Allah atas dirinya,ayat ini
melanjutkan bahwa para malaikat pun menyaksikan.Kesaksian malaikat
tercermin dalam ketaan mereka kepada Allah.Mereka melaksanakan seluruh
perintahnya dan menjauhi seluruh larangannya atas dasar pengetahuan mereka
bahwa tiada selainnya,yang maha esa lagi kuasa.Bukan hanya para
malaiakat,tetapi orang-orang yang berilmu juga menyaksikan bahwa tiada
tuhan selain dia,Allah yang maha esa.Kesaksian mereka berdasarkan dalil-dalil
logika yang tidak terbantahkan,juga pengalaman-pengalaman rohani yang mereka dapatkan,serta fitrah yang
melekat pada diri mereka dan yang mereka asah dan asuh setiap saat.
Mengapa kesaksian allah ini perlu di sampaikan langsung
olehnya?Al-Baqa’i mengemukakan bahwa kesaksian dari yang perkasa biasanya di
lakukan bila dia melihat bahwa ada pengikut atau bawahannya yang
bermalas-malasan melaksanakan perintah,atau mengabaikan tugas-tugas
mereka.Dengan kesaksian itu,sang perkasa mengingatkan mereka bahwa situasi
telah mencapai satu kondisi yang tidak dapat di biarkan.Nah,serupa itulah yang
allah lakukan menghadapi sekian banyak hamba-hambanya yang mengabaikan perintah
dan melalaikan tugas.
Allah juga menyampaikan kesaksiannya juga untuk
meyakinkan setiap yang ragu akan ke esaan allah dan kekuasaanya,yakinlah bahwa
tiada tuhan selain Aku,tiada penguasa yang dapat mengalhkan aku,tiada kehendak
ku yang dapat di batalkan.Ini ku ucapkan langsung,dan dengan demikian jika aku
berkata A,maka pasti ia benar-benar A,jika aku berkata B,maka B adanya.Karena
itu,tenang dan percayalah serta laksanakan perintahku dan jauhi laranganku
Di riwayatkan bahwa rombongan delegasi suku Tsaqif pernah
berkata,”mengapa Muhammad memrintahkan bersyahadad dan mengakui kebenaran
risalahnya,tetapi dia sendiri tidak bersyahadad,yakni bersaksi atas
dirinya?”Maka sejak itu Nabi SAW tidak berkhutbah kecuali menyampaikan kesaksian
bahwa beliau adalah utusan allah,”Asyhadu Anni Rosululloh”(Aku bersaksi bahwa
aku pesuruh Allah).
Allah
menyaksikan dirinya maha esa,tiada tuhan selain dia.Ke esaan
itupun di saksikan oleh para malaikat
dan ornag-orang yang berilmu atau berpengatuan dan masing-masing akni
Allah,malaikat dan orang-orang yang berpengatuan,secara berdiri sendiri
menegakkan bahwa kesaksian yang mereka lakukan itu adalah berdasarkan
keadilan. Makna ini yang di pahami oleh sementara ulama sebagai arti (Qoiman
bil qisti) yang relaksinya berbentuk tunggal.Tentu saja, kata mereka bentuk
tunggal itu tidak menunjuk kepada allah,malaikat dan orang-orang yang
berilmu,ketiganya sekaligus.Ada juga yang menjadikan kata qoimun bil qisti yang
berbentuk tunggal itu sebagai penjelasan tentang keadaan allah swt dalam arti
tidak ada yang dapat menyaksikan Allah dengan penyaksian yang adil,yang sesuai
dengan keagungan dan ke esaanya kecuali Allah sendiri,karna hanya allah byangh
mengetahui secara sempurna siapa Alah.”Ketuhanan adalah suatu yang hanya di
miliki oleh Allahmaka tidak akan ada satupun yang mengenalnya kecuali dirinya
sendiri”.demikian akan ada satupun yang mengenalnya,kecuali diri nya
sendiri.”Demikian imam Al-ghozali dan karna itu pula,”jika anda bertanya,apakah
puncak pengetahuan makhluk tentang
Allah,maka saya menjawab-tulis imam Ghozali-puncak pengetahuan mereka adalah
ketidak mampuan mengetahuinya.”[2]
Kata
qo’im berati bermakna melaksanakan sesuatu secara sempurna dan
berkesinambungan allah melaksanakan
Al-Qisth secara sempurna dan berkesinambungan,Apakah Al Qisth?
Banyak yang mempersamakannya dengan keadilan.Tetapi pendapat itu tidak
sepenuhnya benar.
Ketika
menjelaskan sifat Allah Al-Muqsith,yang terambil dari akar kata yang sama
dengan Qisth,Imam Al Ghozali dalam bukunya Asma’ Al husna,menjelaskan bahwa,Al
Muqsith adalah yang
memenangkan/membela yang teraniaya dari yang menganiaya dengan menjadikan Yang
teraniaya dan menganiyaya sama-sama rela,sama puas dan senang dengan hasil yang
di peroleh.
Jika
demikian Al-Qisth bukan sekedar adil,karna ada keadilan yang tidak menyenangkan
salah satu pihak,seperti bila menjatuhkan sanksi adilterhadap yang menganiaya.Qisth
adalah adil tetapi sekaligus menjadikankedua belah pihak,mendapatkan sesuatu
yang menyenangkan.
Allah
menetapkan neraca dan memerintahkan untuk menegakkannya bil qisth,bukan bil
adil.Allah berfirman,”Allah telah meninggikan langit dan dia meletakkan
neraca,dan tegakkanlah timbanganitu dengan qisth dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu(Q.S arrohman/:7-10).
Timbangan
dan takaran harus menyenangkan kedua belah pihak karna itu allah
memperingatkan,”celakalah al-muthoffifn yaitu orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lainmereka minta di penuhi,dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain,mereka mengurangi (Q.S Al muthoffifin
:3)[3]
Allah memberikan
pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang
Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.
أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk adalah hamba-hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:
لكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ
Tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para
malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imran:18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.
قائِماً بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan.(AliImran:18)
Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)
Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا بَقِيَّة بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو
الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى
مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ
يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا رَبِّ"
Imam Ahmad mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan
kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr
Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari, dari Abu Yahya maula
keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18). Sesudah itu beliau Saw. mengucapkan:
Dan aku termasuk salah
seorang yang mempersaksikan hal tersebut, ya Tuhanku.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُتَوَكِّلِ
الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ ثَابِتٍ أَبُو سَعِيدٍ
الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ الزُّبَيْرِ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ}
قال: "وأَنَا أشْهَدُ أيْ رَبِّ"
Telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul
Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu
Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu
Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari
Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. ketika
membacakan ayat ini: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia,
begitu pula para malaikat. (Ali Imran: 18); Lalu beliau mengucapkan: Dan
aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ
قَالَا حَدَّثَنَا عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي أَبِي،
حَدَّثَنِي غَالِبٌ الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي تِجَارَةٍ،
فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ
أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ اللَّهُ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ} ثُمَّ قَالَ الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ
اللَّهُ بِهِ، وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ
اللَّهِ وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا.
قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا، فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ، ثُمَّ
قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو ما بَلَغَكَ
مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ تُحَدِّثْنِي. قَالَ:
وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى سَنَةٍ. فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى
بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ
السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا
يَوْمَ القِيامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ،
وأنَا أحَقُّ مَن وَفَّى بالْعَهْدِ، أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"
Telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Galib
Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi dagangnya, lalu
tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun,
Al-A'masy melakukan salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada
ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan
aku pun mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan
kepada Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di
sisi Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh
Al-A'masy. Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada
diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah mendengar suatu hadis
mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya untuk
berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sesungguhnya aku
telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata,
"Tidakkah telah sampai kepadamu suatu hadis mengenainya?" Aku
menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu bulan, tetapi engkau belum
menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan, "Demi Allah, aku
tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka aku tinggal
selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa satu tahun,
aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu
tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail,
dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak
di hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman,
"Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi
janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam
surga."[4]
C. Analisis
1). Fakta-fakta yang berkaitan dengan surat ali imron ayat 18
أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Sebagai orang islam kita
harus percaya bahwa tiada tuhan selain Allah,dan Muhammad adalah
utusannya,tidak hanya mengucapkan secara lisan tetapi di tanamkan pada hati
dengan sesungguhnya.Tidak seperti kaum kafir yang mengingkarinya bahkan
menyekutukan Allah.Perbuatan yang seperti itu tidak akan mendapatkan ampunan
dari Allah SWT.
قائِماً بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan.(AliImran:18)
Di dalam potongan ayat
ini Allah menegaskan bahwa dialah yang maha adil kepada seluruhnya
makhluknya.Begitupun Allah juga menyuruh hamba-hambanya untuk bersikap adil
kepada sesamanya.Dalam satu kasus,ketika menjadi seorang Hakim dalam memutuskan
suatu perkara atau kasus harus bersikap adil dan tidak berat sebelah.jadi
Antara kedua belah pihak tidak ada yang merasa di beratkan dan menerima
keputusan dari seorang hakim.Dalam kasus lain,seorang pedagang harus berjualan
dengan jujur dan adil.jangan menambahkan ataupun mengurangi takaran neraca yang
telah di tetapkan.Karna Allah akan mengutuk orang yang suka mengurangi
takaran neraca timbangan.
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)
Allah adalah penguasa
seluruh alam semesta dan ia lah yang berhak memutuskan segala sesuatu dengan
kehendaknya,maka dari itu kita senantiasa patuh dan taat kepada allah.Begitupun
kita juga di suruh patuh kepada seorang pemimpin yang baik ataupun ketika kita
menjadi seorang pemimpin tidak boleh semena-mena dengan rakyat karna seorang
pemimpin adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang
tetapkannya.Selain itu,Seorang pemimpin juga di harapkan mampu berperilaku
bijaksana kepada rakyatnya tidak membeda-membedakannya dalam hal apapun dan
selalu mementingkan rakyatnya untuk kesejahteraan bersama
2)Critical Thinking
Di dalam Q.S Ali Imron
ayat 18 Allah menyatakan bahwa “Tidak ada tuhan melainkan ia”,namun pada
kehidupan sampai saat ini masih banyak hamba-hambanya yang
menyekutukannya.Diantara fakta-fakta nya ialah sebagai berikut :
a). Musyrik
Banyak orang yang ingin
hidup sukses,kaya dan punya segala sesuatu yang di inginkannya.Namun tidak mau
berusaha dengan sungguh,yang akhirnya mengambil jalan pintas dengan cara datang
ke dukun,ke kuburan ke gunung-gunung sampai mengambil pesugihan hanya untuk
memperoleh harta yang banyak.Itu jelas menyekutukan Allah SWT atau sering yang
di sebut dengan “Musyrik”.Itu berarti ia mengira bahwa ada kekuatan atau kuasa
lain yang dapat membuat nya kaya selain Allah.Maka hukuman bagi orang yang
menyekutukan Allah tidak akan di ampuni dosanya sampai akhir kiamat kecuali
dengan taubatan Nasuha.
b). Fasik
`Percaya bahwa tidak
ada tuhan selain Allah,tapi hanya di ucapkan lewat mulut saja tidak di tanamkan
dengan hati yang pada akhirnya banyak hambanya yang sering melalaikan
kewajibannya dan terjerumus pada hal-hal yang di larang syariat sebagai orang
islam (makhluk allah) seperti meninggalkan sholat 5 waktu,berbuat maksiat
sampai dengan berzina.Padahal itu sudah jelas di larang oleh Allah.
c). Munafik
Ada tiga tipe orang yang munafik di dalam islam yaitu :
ketika ia berbicara ia dusta,ketika ia berjanji ia mengingkari dan ketika ia di
beri amanat justru ia khiyanat.Ketiga tipe orang munafik itu sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari.Sepertinya halnya ketika ada pencalonan kepala
daerah baik itu tingkat desa maupun sampai tingkat Nasional.Banyak dari calon-calon
tersebut yang menjanjikan ini dan itu segala macam kepada rakyat supaya
mendapat simpati dan empati.Namun ketika sudah terpilih menjadi Kepala Daerah
ternyata janji jani yang di ucapkan sebelumnya hanya kata – kata manis saja
tidak ada realitasnya.Bahkan buruknya ingin menjadi seorang kepala daerah hany
untuk mengeruk keuntungan pribadi mencari kekayaan sebanyak banyaknya yang
akhirnya melakukan tindak korupsi.Bukannya Amanah tapi merusak moralnya
sendiri.
Namun terlepas dari dari 3
fakta di atas bahwasanya masih banyak hamba Allah yang mempertahankan
keyakinannya kepada Allah dan mengamalkan segala amalan yang di perintahkan
oleh nya dan meninggalkan larangannya karna kita percaya bahwa hanya Allah lah
yang wajib kita sembah dan Hanya kepada allah tempat kita meminta sesuatu dan
mencurahkan semua keluh kita.Pada hakikatnya di dunia manusia memiliki 2
tipe,yaitu orang baik dan orang buruk.Maka berbahagialah bagi orang yang baik
dan taat kepada Allah karna ia telah menjanjikan Surga yang indah kelak di hari
Pembalasan nanti dan Sengsaralah baik orang yang buruk lagi lalai terhadap
perintah allah yang akan di tempatkan di neraka kelak pada hari
Pembalasan.Semoga kita termasuk orang yang betaqwa dan selalu mendapatkan
rahmat dari Allah.Cepat-cepat bertobat ketika kita lalai dengan perintah allah
dengan taubatan nasuha.
D.Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa ada 3 point point penting yang dapat sya tangkap yang di sampaikan oleh
Allah SWT dalam Q.S Ali Imron ayat 18.
pertama adalah
pengakuan Allah sebagai tuhan alam semesta alam dan tiada tuhan melainkan
ia,karna hanya allah yang berhak di sembah dan tidak boleh menyukutukan nya.Itu
berlaku kepada seluruh makhluknya tanpa terkecuali.
Kedua,Selain itu Allah
juga menunjukkan sebagai raja keadilan di alam raya.maka dari itu sebagai Hamba
yang taat kita juga di wajibkan berperilaku adil terhadap segala sesuatu baik
itu kepada sesama manusia,hewan dan alam yang telah di ciptakan oleh Allah.
Ketiga, keperkasaan
dan Kebijaksanaan yang di miliki Allah ialah mutlak tidak bisa di ganggu
gugat.Bagaimana hambanya bisa berbuat ingkar bila Allah telah berkehendak
sesuai kekuasaannya.Tidak ada satupun yang mampu melampauinya selagipun itu
malaikat.apalagi manusia biasa yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa.Yang pada
Intinya kita di perintahkan untuk bertaqwa kepada Allah dan sekali lagi “laailaahaillaallah
wa muhammadurrosulullooh.”
E. Penutup
Demikian Makalah ini saya buat sesuai dengan kadar kemampuan saya
karna menyadari masih banyak kekurangan dalam segala hal cara berfikir saya
yang masih awam,gaya bahasa saya yang belum rapi dan dalam menyusun
makalah.Oleh karna itu saya pribadi memohon maaf dengan sangat dan krtik serta
saran sangat saya butuhkan untuk jadi acuan buat saya nantinya supaya bisa
lebih baik.Atas perhatiannya,saya haturkan Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab,Muhammad
Quraish.Tafsir Al-Misbah :Pesan,Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta
:Lentera Hati.2002)
Http://Www.Ibnukatsironline.Com/2015/04/Tafsir-Surat-Ali-Imran-Ayat-18-20.Html di akses pada tanggal 13 desember 2017
[1] Muhammad
Quraish shihab,Tafsir Al-Misbah :Pesan,Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta
:Lentera Hati.2002) hal.36
[2] Muhammad
Quraish shihab,Tafsir Al-Misbah :Pesan,Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta
:Lentera Hati.2002) hal.38
[3] Muhammad
Quraish shihab,Tafsir Al-Misbah :Pesan,Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta
:Lentera Hati.2002) hal.39
[4] http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali-imran-ayat-18-20.html
Posting Komentar