TUJUAN PENDIDIKAN
Makalah
ini disusun guna memenuhiTugas
UAS : Hadits Tarbawi
Dosen
Pengampu : Mufatihatuttaubah, M.Pd.I
Di
susunoleh :
1.
PURNOMO NIM
: 1410120067
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM
STUDI TARBIYAH JURUSAN PAI
TAHUN
PELAJRAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan
pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Sebab, tanpa perumusan
yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa
arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah. Masalah yang menjadi kegagalan
pendidikan hari ini adalah kecenderungan manusia yang melihat pendidikan
sebagai tujuan dunia seperti jabatan, pekerjaan, pangkat, dll. Yang umumnya
berorientasi dunia. Pengembangan pendidikan islam berkaitan secara langsung
dengan ilmu pengetahuan dan metodologi dan perkembangannya.
Pendidikan islam adalah
pendidikan yang sengaja didirikan dan diselenggarakan dengan hasrat dan niat
(rencana yang sungguh-sungguh) untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai islam,
sebagaimana tertuang atau terkandung dalam visi, misi , tujuan, progam kegiatan
maupun pada praktek pelaksanaan kependidikannya. Wawasan kependidikan islam
dimaksudkan sebagai suatu konsep atau cara pandang pengembang, pengelola dan pelaksana
pendidikan dalam mengembangkan dan menyelenggarakan progam dan praktek
pendidikan islam dilapangan dengan memperhatikan landasan filosofis , historis
dan konteks sosial budaya, serta perkembangan peserta didik itu sendiri untuk
mencapai tujuan pendidikan islam. Para calo sarjana pendidikan islam dituntut
untuk memilki dan mengeuasai wawasan kependidikan islam tersebut.
Sedangkan pendapat para ulama
tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya ialah: al-Ghazali, diantaranya sebagai
berikut:
1. Mendekatkan diri kepada
Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan
ibadah wajib dan sunnah
2. Menggali dan mengembangkan
potensi dan fitrah manusia
3. Mewujudkan
profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan pendidikan?..
2. Bagaimana hadits yang
menjelaskan tentang tujuan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadits Tentang Tujuan
Pendidikan
a. Hadits
حدثنا محمد بن بشار حدثنا عبدالرحمن بن مهدئ حدثنا سفيان عن حبيب بن ابى
ثابت عن ميمون بن ابى شبيب عن ابى ذر قال, قال لى رسول الله صلى الله عليه وسلم -
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذ و أبو داود و أحمد
)
Artinya : Bercerita pada kami Muhammad bin Basyar,
bercerita pada kami Abdur rahman bin Mahdi, bercerita pada kami Sufyan dari
Habib bin Abi Tsabti dari Maimun bin Abi Syabib dari Abi Zar ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda kepadaku, katanya: Bertaqwalah kamu kepada Allah
dimanapun kamu berada dan ikutilah semua perbuatan yang jelek itu dengan
kebaikan, niscaya kebaikan itu akan dapat menghapusnya, dan bergaullah dengan
manusia dengan akhlah yang mulia. (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad )”.[1]
b.
Asbabul
Wurud Hadis
Dalam al Shahihain disebutkan bahwa
Ibnu ‘Abbas telah meriwayatkan: ketika Abu Dzar menyatakan keislaman di Mekah,
Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “kebenaran bagi kaummu dengan harapan semoga
Allah SWT memberi manfaat kepada mereka. Ketika beliau melihat betapa Abu Dzar
berkeinginan untuk tinggal bersamanya di Mekah, maka Rasulullah Saw
memberitahukan ketidakmungkinannya, namun beliau berpesan kepada Abu Dzar
“Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada... dan seterusnya”.[2]
c.
Penjelasan
Hadits
Tema pendidikan ini secara implisit(terkandung) di
dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas atau terang-terangan), dapat
dipahami dari wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi sebagai spirit terhadap
tugas pendidikan yang pertama dan utama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah demi Tuhanmu yang paling pemurah. Yang mengajar
dengan perantaraan kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang tidak
diketahui.”(Al-‘Alaq: 1-5).
Bertolak dari spirit diatas,
Nabi Muhammad SAW mulai melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang dimulai
dari lingkungan keluarga terdekat, kemudian melebar kewilayah sosial yang lebih
luas lagi. Mahmud Yunus, dalam bukunya ‘Sejarah Pendidikan Islam,” menuliskan
bahwa pendidikan Islam pada fase ini meleputi empat hal :
a. Pendidikan keagamaan,
yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan dipersekutukan
dengan nama berhala karena Tuhan itu maha besar dan maha pemurah. Sebab itu hendaklah
dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.
b. Pendidikan akliyah dan
Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian
alam semesta. Allah akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau
menyelediki dan membahasnya. Sedangkan dahulu mereka tidak mengetahuinya. Untuk
mempelajari hal-hal itu haruslah dngan banyak membaca dan menyelidiki serta
memakai pena untuk mencatat/
c. Pendidikan Aklak dan budi
pekerti, Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai
dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan jasmani
(Kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
Manusia merupakan
khalifah yang dimuliakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah SWT. memberikan
kepada manusia nikmat yang banyak. Dan mengutus para rasul untuk menjelaskan
kepada manusia hanya beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukannya. Yakni
melakukan amal shaleh dan menjauhi segala kemungkaran dalam segala usaha yang
dilakukan untuk mencapai kebahagiaan.[3]
Dengan dalam mewujudkan tercapainya kebahagiaan yakni dengan melakukan
pendidikan dari segala apa yang akan dilakukan. Karena tiada sesuatu perbuatan
yang bisa dilakukan dengan benar kecuali dengan ilmu yang dimiliki.
Dari penjelasan diatas maka sejalan
dengan Tujuan pendidikan dalam pandangan Al-Ghazali, menuturut Abidin Ibnu Rusd
ada dua tujuan, yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
pendidikan jangka panjang adalah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam
prosesnya harus mengerahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan
diri kepada tuhan pencipta alam. Tujuan jangka pendek adalah diraihnya profesi
manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Lebih jauh lagi menarik kiranya
bila kita kutip rumusan dari tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali seperti yang
ditulis Abidin:
Bahwa tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali adalah sebagai berikut:[4]
1. Mendekatkan diri kepada
Allah yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksakan ibadah
wajib dan sunnah.
2. Menggali dan mengembangkan
potensi atau fitrah manusia.
3. Mewujudkan profesionalisasi
manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
4. Membentuk manusia yang
berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
5. Mengembangkan sifat-sifat
manusia yang utama, sehingga menjadi manusia yang manusiawi.
Hampir senada dengan itu, Ibnu Khaldun, Seperti yang ditulis Abidin
Nata, melihat bahwa dalam proses pendidikan (belajar) atau menuntut ilmu
pengetahuan, manusia disamping itu harus bersungguh-sungguh juga harus memiliki
bakat. Dan berhasilnya suatu keahlian dalam satu bidang ilmu atau disiplin
memerlukan pengajaran.
Secara konsepsional sepertinya ada pandangan yang seragam antara
al-Ghazali dengan Ibnu Khaldun, keragaman ini pada kata pendidikan yang menjadi
alat bagi tercapainya suatu tujuan, yaitu mendekatkan diri kepada Allah sebagai
tujuan jangka panjang dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia sebagai
tujuan jangka pendeknya. Sedangkan pendidikan itu sendiri pada prosesnya juga
memerlukan alat, yaitu pengajaran atau ta’lim, ini juga yang menjadi pandangan
konsepsional dari para pemikir Muslim terutama tentang tujuan dari ilmu yang
tidak lain adalah mendekatkan diri kepada Allah. Ini bukan suatu yang
kebetulan, sebab siapapun pemikirnya, bila ia seorang muslim ia dapat
dipastikan akan merujuk pada sumber-sumber pendidikan yang sama.
Dalam bahasa lain, keseragaman diantara para pemikir Muslim terletak pada
landasan Epistemologis (ilmu pengetahuan) yang memberikan konsepsi bahwa
pencapaian dan pengembangan ilmu dilakukan dengan menggunakan alat pemberian
Tuhan yaitu alat panca indra, akal, dan hati. Hasil penggunaan alat itu dalam
bentuk rincian ilmu dimaksudkan supaya manusia bersyukur kepada Allah dengan
menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya.
Kesamaan lainnya mungkin terletak pada prinsip belajar seumur hidup dan
kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim dan muslimah. Dari pola ini, seperti
yang ditulis Abidin Nata, Islam telah menancapkan revolusi dibidang pendidikan dan pengajaran.
Langkah ini sangat strategis dalam upaya menyangkut martabat kehidupan manusia.
“kini diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
mengembangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan dan dari kehinaan
menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan islam adalah untuk membentuk manusia
yang berkarakter Islami , berkepribadian Islam yaitu konsekuensi keimanan
seorang Muslim, intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang
fundamental(pokok), yaitu pola pikir dan pola jiwa yang berpijak pada akidah
Islam. Adapun tujuan tertinggi pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
realisasi daricita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa
kesejahteraan umat manusia di Dunia dan
Akhirat.[5]
Dalam hadis
disebutkan bahwasanya tujuan yang akan dicapai dalam melaksanaan pendidikan
adalah menjadikan seorang bertaqwa, dan selalu melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi segala larangan. pendidikan juga menjadikan seseorang yang mampu
bersosialisasi dengan lingkungan dengan baik. Tujuan pendidikan Islam tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia semata, tetapi kita harus
menyeimbangkannya antara kebahagiaan dunia dan akhirat karena kehidupan
akhiratlah yang kekal dan abadi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Dra. Alfiah, M.Ag, 2011, Hadits Tarbawi: Pendidikan Islam Tinjauan Hadits Nabi,
(Pekanbaru: Al-mujtahadah Press), h.128
[2]
Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha Syaikh Muhyiddin Mistu, Al-Wafi Syarah Hadis Arba’in
Imam An-Nawawi, Diterjemahkan oleh Iman Sulaiman Lc., 2012, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
[3]Ibnu
Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, 2011, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam
Mulia), h. 25.
[4] Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha Syaikh
Muhyiddin Mistu, Al-Wafi Syarah Hadis Arba’in Imam An-Nawawi, Diterjemahkan
oleh Iman Sulaiman Lc., 2012, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. h.139
[5]
Dra. Alfiah, M.Ag, 2011, Hadits Tarbawi: Pendidikan Islam Tinjauan Hadits Nabi,
(Pekanbaru: Al-mujtahadah Press), h.132
[6]
Dra. Alfiah, M.Ag, 2011, Hadits Tarbawi: Pendidikan Islam Tinjauan Hadits Nabi,
(Pekanbaru: Al-mujtahadah Press), h.135
PERTANYAAN SEPUTAR TEMA DAN PENDAPAT
PEMAKLAH:
·
Meminta
penjelasan mengenai tujuan pendidikan menurut Al-Ghazaly tentang mewujudkan
profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
ini maksudnya bagaimana??
Pada
hakikatnya manusia adalah kholifah fil ardli (sebagai pemimpin dibumi). namun
walaupun hakikatnya manusia adalah pemimpin dibumi, tetap saja manusia harus
memiliki kecakapan dan ilmu, sebagai bekal yaitu diperoleh melalui pendidikan,
agar nantinya bisa menjadi menjadi seorang pemimpin, yang mampu menjalankan(mengemban) tugasnya dengan sangat
baik. karena tiada sesuatu yang bisa dilakukan dengan benar kecuali dengan ilmu
yang dimiliki.
Dapat saya
simpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah
sebagai jalan agar kita bisa lebih dekat dengan ALLAH, agar kita bisa selalu
berada dijalannya, kita menjadi manusia yang selalu ingat aka nasal-usul kita
dan kita menjadi manusia yang bisa saling menghormati yaitu manusia yang bisa
memanusiakan manusia. bahkan dalam sebuah peristiwa yang sangat luar biasa bagi
umat islam, yaitu isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, menurut saya, Allah ingin
memberikan sebuah tauladan dan pendidikan lewat peristiwa itu. Bahwa manusia
tidak akan sampai pada derajat yang mulia disisi Allah sebelum hubungan antar
sesama manusia bisa baik, yaitu peristiwa isra’(perjalanan nabi pada suatu
malam, dari masjidil haram ke masjidil aqsho) barulah nabi Muhammad di
Mi’raj(naiknya Nabi Muhammad dari masjidil Aqsho ke sidratul muntaha menghadap
Allah). sebagai simbol bahwa kita terlebih dahulu harus memperbaiki hubungan
kita dengan sesame manusia barulah kita bisa mencapai kemuliaan.
[1] Dra. Alfiah, M.Ag, 2011, Hadits
Tarbawi: Pendidikan Islam Tinjauan Hadits Nabi, (Pekanbaru: Al-mujtahadah
Press), h.128
[2]
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, 2011, Asbabul Wurud, (Jakarta:
Kalam Mulia), h. 25.
[3]
Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha Syaikh Muhyiddin Mistu, Al-Wafi Syarah Hadis Arba’in
Imam An-Nawawi, Diterjemahkan oleh Iman Sulaiman Lc., 2012, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar. h.139
[4] Dra.
Alfiah, M.Ag, 2011, Hadits Tarbawi: Pendidikan Islam Tinjauan Hadits Nabi,
(Pekanbaru: Al-mujtahadah Press), h.132
[5] Prof. H.M. Arifin, M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam, 2009,
Jakarta: Bumi Aksara, h. 28
Posting Komentar